Belasan SMK ikuti program “Teaching Factory” Tiga Roda

Belasan SMK ikuti program Teaching Factory Tiga Roda

Belasan SMK ikuti program “Teaching Factory” Tiga Roda

Vestibulum a lacus at lectus tincidunt moleJakarta – Sebanyak 15 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Barat diberi kesempatan untuk mengikuti program “teaching factory” oleh “Tiga Roda”.

“‘Teaching factory’ merupakan suatu metodologi program pendidikan yang
berorientasi pada produksi dan bisnis,” kata  Direktur “Tiga Roda”

Tiga Roda merupakan produk semen yang diproduksi oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Indocement mencatatkan sahamnya pertama kali di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Desember 1989 dengan kode saham “INT”.

Sejak 2001, HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman, menjadi pemilik mayoritas saham Perseroan. HeidelbergCement adalah pemimpin
pasar global dalam bisnis agregat dan merupakan pemain terkemuka di
bidang semen, beton siap-pakai (RMC), dan kegiatan hilir lainnya, menjadikannya salah satu produsen bahan bangunan terbesar di dunia.

Menurut Antonius Marcos, dalam program tersebut, sekurangnya ada 15 SMK di kawasan Citeureup, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cirebon yang mengikutinya.

Dalam program “teaching factory” itu, pihaknya  memberikan kesempatan kepada SMK-SMK tersebut untuk “plant visit” (mengunjungi pabrik), baik kepada guru dan siswa.

Selain itu, melakukan praktik kerja lapangan.

Para siswa juga diberikan kesempatan dalam produksi suku cadang pabrik yang hasil produksinya digunakan oleh Tiga Roda.

Ia menambahkan sejak 2000, Tiga Roda juga membangun sekolah tingkat SD hingga  SMA yang dikelola oleh Yayasan Indocement.

Hingga 2017, kata dia, tercatat lebih dari 7.200 siswa bersekolah di Sekolah Yayasan Indocement yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Pihaknya juga mendukung fasilitas kegiatan belajar-mengajar di desa-desa sekitar lokasi operasionalnya.

Tercatat lebih dari 110 sekolah telah menerima bantuan kelengkapan infrastruktur sekolah berupa renovasi ruang kelas, penambahan fasilitas laboratorium, hingga pembangunan fasilitas olahraga.

Di luar bidang infrastruktur, katanya, Tiga Roda juga berpartisipasi dengan menyumbang lebih dari 5.000 buku serta 7.000 peralatan kelengkapan sekolah dalam bentuk meja dan kursi sekolah untuk sekolah dan PAUD.

Selain pendidikan formal, pihaknya memberikan kesempatan di bidang peningkatan keterampilan bagi masyarakat berusia produktif di sekitar area operasional pabrik.

Ia mengatakan sejak 2007 lebih dari 5.000 masyarakat, baik guru dan siswa di sekitar operasional pabrik, mengikuti pelatihan di bidang matematika metode GASING.

Matematika metode GASING (Gampang Asyik dan Menyenangkan) dikembangkan
oleh pakar fisika dan matematika Indonesia, Prof Yohanes Surya, Ph.D.

Yohanes Surya yang mendapatkan anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan meraih penghargaan Harian Republika sebagai “Tokoh Perubahan 2009” itu, bekerja sama dengan pemeritah daerah-daerah tertinggal mengembangkan matematika GASING, di mana anak-anak daerah tertinggal itu dapat belajar matematika dengan mudah.

Khusus di Papua, –Yohanes Surya yang pernah menjadi anggota Dewan
Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah, Banten, dan pada 2013
mendirikan Universitas Surya itu– menggembleng pelajar dari beberapa
daerah di provinsi itu untuk mengikuti olimpiade sains atau matematika
di tingkat nasional dan internasional.

Pihaknya, menurut Antonius Marcos,  juga memberikan pelatihan teknik konstruksi, menjahit garmen, montir sepeda motor, budi daya semangka, jamur dan bidang pertanian lainnya, peternakan domba, sapi,  hingga
pelatihan mengemudi alat berat.

Program pendidikan yang dijalankan Tiga Roda, kata dia, merupakan suatu langkah nyata yang dilakukan oleh “private sector” dalam mendorong tercapainya  implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030.

Program-program tersebut, tambahnya, sejalan dengan target SDGs nomor 4, yakni pendidikan berkualitas dengan indikator pencapaian, menjamin akses yang sama bagi perempuan dan laki-laki terhadap pendidikan teknik, kejuruan dan pendidikan tinggi, termasuk universitas, yang terjangkau dan berkualitas pada  2030.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *